SAAT ini terbatasnya uang sudah tidak relevan lagi sebagai alasan memiliki rumah berukuran kecil. Keterbatasan lahan, apalagi di kota-kota besar, menuntut masyarakat untuk berhemat dalam mendirikan rumah.
BAHKAN masyarakat di perkotaan cenderung ingin memiliki rumah yang praktis dan multifungsi, tetapi tetap nyaman untuk ditinggali. Tidak mengherankan jika gaya minimalis kerap digandrungi sehingga rumah-rumah mungil pun tetap mempunyai seabrek fungsi. Living in the box, mungkin itulah ungkapan yang cocok.
Sebenarnya, masih sulit untuk mendefinisikan rumah mungil karena menurut Prima Haris, konsultan dan pengasuh rubrik konsultasi desain interior di tabloid Rumah, rumah seluas 135 meter persegi pun masih bisa disebut mungil. Belum lagi jika kita menilik kemampuan orang kaya dan miskin dalam membangun rumah.
Akan tetapi, yang jelas dalam rumah mungil hanya terdapat fungsi pokok rumah. Kini rumah mungil tidak selalu berarti kaku, sumpek, dan sempit. Sebenarnya, rumah mungil dapat ditata dengan interior yang tepat agar nyaman dan terkesan luas.
Menarik untuk dikaji, tips 3 in 1 + Prima Haris, dalam acara Temu Pembaca Tabloid Rumah, di Bandung, Rabu (15/6). Temu pembaca ini merupakan salah satu rangkaian acara Kompas- Gramedia Fair bersama BNI Tapenas yang digelar di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Institut Teknologi Bandung (ITB), 14-19 Juni 2005.
PERTAMA, jadikanlah rumah mungil sebagai cerminan gaya hidup kita. "Interior ialah jiwa yang punya rumah," tutur Haris. Maksudnya, sesuaikanlah desain interior rumah kita dengan karakter dan gaya hidup kita sehari-hari.
Orang yang suka membawa pekerjaan ke rumah bisa saja menata ruang kerjanya sedikit berbeda dengan desain ruangan lainnya. Ini dilakukan agar mereka dapat bekerja senyaman mungkin.
Lain "si tukang kerja", lain pula "si tukang mandi". Misalnya, seorang seniman yang senang berlama-lama di kamar mandi karena kerap mendapat inspirasi di sana bisa menambahkan aksesori dan fungsi tambahan pada ruangan. Aksesori tambahan itu akhirnya bisa berfungsi sebagai sarana untuk bekerja.
Kedua, ruangan yang sempit dapat memberikan kesan yang luas jika kita mempertimbangkan pilihan warna cat, keberadaan cermin dan kaca, serta minimnya aksesori.
Haris, yang juga alumnus Teknik Arsitektur ITB ini, menjelaskan, warna senada atau yang masih satu turunan sebaiknya menjadi pilihan kita ketika mengecat rumah. Jadi jangan memilih warna-warna yang gelap karena akan memberikan kesan sempit pada ruangan. Pilihlah warna yang dapat memberikan kesan ringan dan teduh.
Namun, patut diingat, pilihan warna cat ini pun harus disesuaikan dengan fungsi ruangan. Warna yang lembut dan ringan, seperti biru dan ungu, kurang cocok untuk ruangan belajar anak karena akan memberikan kesan teduh. Akibatnya, anak akan kurang bergairah belajar. Merah dan oranye, yang bersifat ceria serta riang, adalah contoh warna yang justru cocok untuk kondisi belajar anak.
FAKTOR pencahayaan dari lampu pun tidak sepatutnya dilupakan. Cahaya lampu, menurut Haris, hanya ada dua, yaitu kuning dan putih. Cahaya putih dari lampu neon, misalnya, lebih memberikan kesan dingin, formal, dan tidak alami. Adapun warna kuning berkesan lebih hangat, segar, alami, dan romantis.
Sementara itu, kaca yang membatasi bagian dalam rumah dengan ruangan di luarnya pun memengaruhi kesan pandangan yang ditimbulkan. "Adanya kaca membuat kita bisa melihat keluar. Hal ini, secara psikologis, memberikan kesan bahwa ruangan itu luas," tutur Haris.
Selain itu, adanya kaca membuat sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan. Nuansa ruangan dapat mengalir ringan jika sinar matahari leluasa masuk dan pandangan mata lepas ke halaman.
Unsur vertikal terlalu banyak dan blocking untuk memisahkan satu ruangan dengan yang lainnya juga dapat memberikan kesan kaku dan sempit. Sebaiknya hindari unsur vertikal yang terlalu banyak ini. Bufet kecil atau bahkan sofa bisa dijadikan media penyekat ruangan.
Jika kita memiliki rumah yang mungil, sebaiknya pula memilih mebel yang kalem dan simpel. Mebel yang dipilih pun dianjurkan memiliki warna yang mendekati warna dinding sehingga tidak terkesan berat dan sempit.
Warna gelap biasanya cenderung terkesan mengarah mendekati kita sehingga ruangan tampak lebih sempit. Unsur- unsur alam, seperti pepohonan dan tanaman bunga, dapat pula ditambahkan untuk memberikan kesegaran pada ruangan.
PEMANFAATAN ruang-ruang kosong yang ada di rumah untuk menaruh barang-barang merupakan faktor ketiga dari konsep 3 in 1. Misalnya, ruang di bawah wastafel yang biasa kosong dapat dimanfaatkan untuk menyimpan beberapa jenis barang.
Kemudian ruang kosong sekitar satu meter di bawah plafon pun dapat lebih difungsikan. Berburu ruang sisa, itulah istilah Haris. "Dengan begitu, satu tempat bisa saja multifungsi," ujar pria yang pernah menjadi Direktur Indonesian Interior and Architectural Space Resource Center ini.
"Dinding menganggur, no way," kata Haris. Justru di dindinglah terdapat kekayaan kita. Selain ketiga hal di atas, dinding rumah pun dapat dimanfaatkan. Ia mengatakan, kita bisa saja membuat rak buku di dinding rumah. Namun, warna rak pun jangan terlalu kontras dengan warna dinding yang ada.
Bagi yang ingin memasang wallpaper, pakailah yang bermotif dan berwarna ringan. Corak lekukan daun yang lebar-lebar, misalnya, justru bisa menyita pandangan. Warna polos dengan garis tipis-tipis dan kotak kecil-kecil malah dapat mengistirahatkan pandangan dan pikiran kita sehingga menjadi rileks.
Jarak lantai dan plafon pun tak luput jadi perhatian Haris. Jarak yang sempit di antara keduanya seolah mempersempit ruang gerak kita. Luasnya jarak antara lantai dan plafon justru membuat kita lebih leluasa bergerak dan sirkulasi udara pun lancar.
Ditanya mengenai estetika penataan rumah mungil, Haris menjawab, "Bagi saya saja yang seorang desainer interior, yang penting nyaman. Estetika nomor dua." Dalam perkembangan selanjutnya, tentunya rumah mungil pun akan berubah karena bertambahnya beberapa hal.
Bertambahnya anggota dan aktivitas keluarga, kebutuhan ruang, dan peningkatan kualitas hidup adalah beberapa di antaranya. Akan tetapi, yang perlu diingat dalam merenovasi adalah mengenali rumah kita terlebih dulu, menghitung kebutuhan ruang, dan menentukan skala prioritas. (dikutip dari Kompas 17 Juli 2005)